Senin, 31 Oktober 2011

John Lennon & Imagine: Pemberontak & Lagu Perdamaiannya

John Lennon & Imagine: Pemberontak & Lagu Perdamaiannya
Oleh: Koko Wijayanto
Universitas Gadjah Mada


John Lennon
Dalam perjalanan solo karirnya, John Lennon adalah seorang maestro musik pencipta sebuah lagu populer berjudul, Imagine. Pria ini mempunyai banyak prestasi dalam sejarah bermusiknya. Banyak penghargaan dari kalangan aktivis gerakan sosial, pemerintah bahkan PBB yang menobatkannya sebagai musisi dengan pengaruh besarpada publik. Tak heran jika fans Lennon hingga kini masih tersebar di saentaro dunia. Meskipun John Lennon adalah generasi musisi tahun 60-an, di sisi lain seni musiknya telah memberi segudang inspirasi bagi pemusik era kontemporer.

Pria bernama lengkap John Winston Lennon ini lahir pada 9 Oktober 1940 di Liverpool, Inggris. Ia lahir pada malam saat Jerman membombardir kota London dan kota-kota lainnya era Perang Dunia II. Untuk mengabadikan kejadian itu, Julia (Ibu John Lennon) menambahkan nama tengah “Winston” pada John Lennon. Nama tengah ini sengaja diberikan ibunya mengingat Winston Churchill merupakan sosok yang dikaguminyasaat itu menjabat pula sebagai Perdana Menteri Inggris. John Lennon lahir dari pasangan Alfred Lennon dan Julia Stanley. Ayah Lennon adalah seorang pelaut yang sering berpergian dan jarang kembali ke Liverpool, bahkan pada saat John Lennon lahir Alfred tak mendampingi ibunya.

Tahun 1946, Alfred kembali ke Liverpool dan membawa Lennon serta Julia berlibur ke Blackpool. Namun, liburan tersebut tak seindah yang dibayangkanLennon kecil. Saat itu, ia dihadapkan pada dua pilihan yang cukup sulit: memilih untuk mengikuti ayahnya atau tinggal bersama ibunya. Dengan kata lain, orang tua John Lennon memutuskan untuk bercerai pada saat itu. Dengan berat hati dan tetesan air mata, pada akhirnyaLennon memilih untuk ikut bersama ibunya.

John kemudian diasuh oleh Mimi Smith (kakak tertua dari ibunya) dan suaminya (George Martin). George Martin adalah orang pertama yang mengajarkan Lennonbermain musik. Martin mengajarkan alat musik banjo dan piano pada Lennon kecil, sedang kemampuannya dalam bermain gitar didapatnya secara otodidak. Masa muda Lennon dihabiskan bersama keluarga George Martin dan Mimi Smith.

Di tengah keseharian Lennon bermain gitar, Mimi Smith berkata, “John sayang, bermain gitar memang menyenangkan, tetapi kamu tak bisa hidup dan menghasilkan uang hanya dengan bermain gitar”. Perkataan tersebut seakan menjadi cambuk baginya, John Lennon bertekad membuktikan bahwa ucapan bibinya tidaklah benar. Selang beberapa hari kemudian, ia membujuk ibunya untuk membelikan sebuah gitar. Julia pun membelikan sebuah gitar bekas. Meskipun bekas, John Lennon sangat senang dengangitar pemberian ibunya tersebut. Sejak saat itu, ia semakin rajin memainkan gitar pemberian ibunya.

Saat menginjak usia remaja, John Lennon dihadapkan pada kecelakaan yang menimpa ibunya di dekat rumah Mimi Smith. Julia tertabak oleh sebuah mobil. Saat itu juga, ibunya menghembuskan nafas terakhir. Saat itu, John Lennon berusia 17 tahun. Peristiwa tersebut lantas membuat Lennon kian membenci pemerintah maupun aparat pemerintah dikarenakan kecelakaan yang menewaskan ibunya. Kecelakaan tersebutdisebabkan oleh kecerobohan seorang polisi yang mengendarai mobilnya dalam keadaan mabuk. Sungguh ironis, polisi yang menjadi tersangka dalam kecelakaantersebut terbebas dari segala tuntutan hukum.

Awal Terbentuknya The Beatles
            Tahun 1957 adalah saat John Lennon memulai karirnya. Pada waktu itu, iamengenyam pendidikan di Liverpool College of Art, di situ pula lah ia untuk pertama kalinya membentuk sebuah band bernama Black Jack. Dalam band itu, ia bertemu dengan Ringgo Star, sang penabuh drumBerselang kemudian, nama Black Jackberubah menjadi The Quarrymen oleh karena sebagian besar anggota band tersebut bersekolah di Quarry Bank Grammar School.

            Pada tanggal 6 Juli 1957, The Quarrymen tampil pada sebuah acara gereja diWoolton di mana untuk pertama kalinya John Lennon bertemu dengan Paul McCartney. McCartney merasa kagum dengan penampilan John Lennon hingga pada akhirnya ia menghampiri John Lennon di belakang panggung untuk menyatakan rasa kagumnya dan menyatakan ingin bergabung dengan John dalam sebuah band. Dengan modal keahlian bermain musik yang pas-pasan, ia sempat diragukan Lennon. Di lain sisi, John juga mempertimbangkan kemauan kuat yang dimiliki McCartney, yang pada akhirnya John bisa menerima pria bernama lengkap Paul McCartney sebagai bagian dari band-nya.


            Beberapa hari kemudian, McCartney memperkenalkan George Harrison kepada John Lennonsetahun lebih muda dari McCartney. Harrison lahir di Wavertree, Liverpool,Inggris pada 24 Februari 1943. Harisson yang jago dalam bermain gitar, pada akhirnya ikut bergabung dengan John Lennon. Pada awalnya, personil band The Quarrymenbanyak mengalami perubahan. Hingga pada akhirnya menyisakan John Lennon, Ringgo Star, Paul McCartney dan George Harrison.

Dalam perjalanannya, setelah The Quarrymen beberapa kali berganti nama. Pada tahun 1959, nama band pun berubah menjadi The Beatles di Liverpool. Ide ini muncul dari John Lennon dan Allan Williams yang sekaligus menjadi manajer The Beatles untukpertama kalinya. Nama The Beatles sebenarnya tidak memiliki makna yang spesifik, melainkan ditemukan dari hasil permainan kata-kata nama serangga (beetle atau kumbang) digabung dengan beat (gaya music yang dimainkan) sehingga pada akhirnya diputuskan menggunakan nama The Beatles.


Tahun 1960, Allan Williams untuk pertama kalinyamemperoleh kontrak bagi The Beatles untuk tampil di sebuah klab di Hamburg, Jerman. Agustus 1960 di Hamburg, The Beatles tampil setiap malam di beberapa klab-klab malam yang terlihat kotor. Mereka juga tinggal di penginapan kecil dekat klab-klab malam. Debut awal karir mereka di Jerman terbilang cukup sukses. Hal ini terlihat dari penuhnya pengunjung klub-klub malam di setiap penampilan mereka. Dengan beberapa alasan, kemudian mereka kembali ke Liverpool untuk melanjutkan karir musiknya.

Sekembalinya ke Liverpool, mereka tampil di Cavern Club. The Beatles menjadi sangat terkenal di Liverpool karena klab ini. Pada setiap show, The Beatles ramai dikunjungi penonton. Kerap kali, sebelum show dimulai banyak orang yang rela mengantri panjang demi melihat penampilan musik The Beatles. Lantaran awal karirnya yang bermula dari klab-klab malam Jerman, banyak yang menyangka The Beatles berasal dari Jerman. Apalagi poster konser yang terpasang pada awal bermain di Inggris bertuliskanThe Beatles Direct from Hamburg.

Kematian John Lennon
            Bulan Desember, sepulang dari wawancara RKO Radio, John Lennon memutuskan kembali ke apartemen tempatnya menginap. Didampingi Yoko Ono (istrinya) dengan mobil limo yang mereka tunggangi, langsung bergegas mengantar keduanya. Yoko Ono keluar terlebih dahulu disusul Lennon yang membawa lilin guna mengusir hawa dingin malam itu. Ia berjalan menaiki tangga gedung sambil menjaga api lilin supaya tidak padam. Saat John melewati bawah lengkungan gerbang masuk yang menghubungkan halaman dalam gedung Dakota, tiba-tiba terdengar suara memanggil namanya, “Tuan Lennon,” saat itu waktu menunjukkan pukul 10.50, 8 Desember 1980, John pun menoleh sambil membalikkan badannya, mencoba melihat seseorang yang berdiri di dalam gelap.

Seorang pria dengan tenang menghampiri John di depan apartemennya. Pria yang memanggil John telah berdiri lima langkah di depannya dan mencoba mengarahkan pistol  dengan kedua tanggannya. Sebelum Lennon tahu apa yang akan terjadi menimpa dirinya, pistol Revolver 38 terlebih dahulumengeluarkan peluru danbersarang di tubuhnya. Suaratembakan pertama, seakan membuat suasana sekitar hening untuk sejenak. Lilin yang ada dalam genggaman John pun terlepas setelah butir peluru menembus tubuhnya. Empat peluru berikutnya menyusuldisarangkan ke arah John.


Dengan satu peluru yang meleset dan empat lainnya yang berhasil menembus tubuh Lennon, saat itu ia tak langsung roboh. Lennon sempat berjalan terhuyung-huyung sejauh 6 langkah ke arah penjaga pintu Dakota. Dengan meninggalkan bercak darah di lantai tempat ia melangkah. John berkata, “Saya ditembak” (rintih John). John yang tak kuasa menahan tubuhnya, jatuh bersimpah darah di depan kantor penjaga pintu Dakota.

            Penembak yang menjadi tersangka pembunuhan John Lennon bernama Mark David Chapman yang saat itu berumur 25 tahun, kemudian membuang pistolnya, dengan cepat penjaga pintu menyepak benda itu sejauh mungkin. “Apakah kamu menyadari apa yang baru saja kamu lakukan?”, tanya penjaga pintu kepada Chapman. “Saya baru saja menembak John Lennon,” jawab Chapman dengan tenang.

            Atas laporan penjaga pintu melalui telepon, beberapa menit kemudian polisi berdatangan. Chapman memang tak melarikan diri. Justru saat itu ia membaca novel klasik karangan J.D Silinger berjudul The Catcther In The Rye yang dibawanya. Hanya dalam hitungan menit, Chapman yang masih berada di lokasi kejadian ditangkap polisi. Dalam kondisi sekarat, John Lennon diangkat menggunakan mobil patroli polisi. Rumah sakit berada lima belas blok dari lokasi penembakan. Yoko Ono bersama Anthony Palma (polisi yang datang di tempat kejadian) segera membuntuti mobil yang digunakan untuk mengantar Lennon menuju rumah sakit.

            Setibanya di Rumah Sakit Roosevelt, John Lennon ditangani oleh satu tim dokter yang terdiri dari tujuh orang yang berusaha keras menyelamatkan John. Peralatan canggih yang dimiliki RS Rosevelt serta kerja keras tim dokter yang diketuai Dr. Stephen tak membuahkan hasil, Lennon pun menghembuskan nafas terakhirnya. Tak lama kemudian,tim dokter yang menanganinya mengumumkan kematian John Lennon pada publik. Salah satu musisi jenius yang pernah dimiliki dunia telah tiada...

Kembalinya Personel The Beatles
            Setelah meninggalnya John Lennon padan 8 Desember 1980, seakan menjadi magnet bagi personil The Beatles untuk kembali. Mereka kembali untuk mengerjakan proyek John yang tertunda. Di lain sisi, ini adalah cara mereka untuk menghargai rekan lamanya (John Lennon). Bagi mereka, Lennon merupakan sosok seorang pemimpin yang layak dihargai. Menurut McCartney, John Lennon adalah orang yang dipandang pantas duduk sebagai pemimpin The Beatles mengingat dirinya sebagai pendiri band tersebut. Dengan kelebihan yang dimiliki Lennon, tak heran ia dapat menyedot perhatian khalayak. McCartney pernah menyatakan, “Kami semua memandang John. Ia lebih tua dan lebih memenuhi syarat sebagai pemimpin. Dia lebih cekatan, cerdas dan unggul dalam segala hal.


Sepuluh tahun selang bubarnya The Beatles berdampak pula pada pupusnya harapan banyak penggemarnya akan rujuknya band asal Liverpool tersebut. Akan tetapi, rasa kekecewaan para fans pun mungkin terbayar dengan munculnya album terakhir The Beatles yang bertajuk nuansa damai, ketenangan yang seakan mengajak pendengarnya untuk menikmati arti hidup yang penuh makna.

Pada tahun 1994, para personil The Beatles yang tersisa, kembali masuk studio rekaman untuk merangkap album The Anthology yang belum terselesaikan oleh John LennonLagu ini adalah karya Lennon yang sempat diabadikan Yoko Ono dalam rekaman sederhana. Meski tidak didampingi Lennon, ketiga personil The Beatles yang tersisa berhasil menyelesaikan single baru berjudul Free as A Bird. Album ini mampu meraih sukses besar pada tahun 1995-1996. Selang beberapa tahun kemudian, pada November 2001, George Harisson menyusul John Lennon. Sebab kematian Harrisson tidak lain adalah penyakit kanker yang dideritanya.

Secuil Karya Lennon untuk Dunia
Beberapa karya Lennon yang terkenal, salah satunya lagu Imagine, secara serius telah memberi dampak yang luas di seluruh dunia. Album Imagine tahun 1971, adalah lagu bagi gerakan pecinta damai (antiperang) yang membawa misi menciptakan kehidupan dunia yang aman dan tentram. Album ini telah sukses diproduksi dan laris di pasaran.

            “Jika ada satu orang yang bermimpi, maka tetaplah mimpi. Tapi jika ada dua orang memiliki mimpi yang sama, itulah realitas. Yaitu mimpi tentang Love Peace No War,” Ucap John Lennon saat menentang kebijakan Amerika Serikat tentang perang Vietnam. Secara serius, ia telah mengajak para penggemarnya dan khalayak pada umumnya untukmencintai perdamaian dunia. Lennon membayangkan, kehidupan yang sempurna adalah kehidupan yangpenuh perdamaian; tak ada saling bunuh, tak ada kemiskinan, semuanya serba damai dan bahagia.

Tak tanggung-tanggung, dua tahun terakhirnya bersama The Beatles di Inggris, Lennon mengikuti serangkaian protes publik menentang kebijakan perang Vietnam yang dilakukan oleh Amerika. Pada tahun 1965, sebagai salah satu bentuk protesnya kepada pemerintahan Inggris yang juga terlibat dalam pertempuran, Lennon mengembalikan medali penghargaan MBE (Member of British Empire) yang pernah diberikan Ratu Elizabeth pada tanggal 26 Oktober 1965 di Istana Buckingham, London. Hal ini ia lakukan juga sebagai salah satu bentuk ketidakpuasan John atas keikutsertaan Inggris dalam perang di Nigeria.

Bersamaan dengan itu, John Lennon memutuskan untuk meninggalkan Inggris dan menetap di Amerika. Bagi Lennon, Amerika adalah salah satu tempat yang sesuai dengan dirinya dalam mengekspresikan karya-karyanya. Di lain sisi, ia telah menjadi motor gerakan penentang kebijakan perang Vietnam oleh ASIa memandang Amerika sebagai pusat perkembangan musik dunia sekaligus tempat yang tepat bagikehidupannya. Di sana, Lennon berupaya menciptakan budaya perdamaian yang ujung-ujungnya ber-efek pada dunia. Pada tahun 1972, John merilis album Sometime in New York City yang kental akan nuansa politik. Lagu-lagu dalam album ini berisikan pemberontakan di penjara oleh karena diskriminasi rasial, peran Inggris terhadap Irlandia Utara, dan juga permasalahan pribadi di Amerika dalam proses mendapatkan Green Card.


Dalam proses mendapatkan Green Card di Amerika, John Lennon dan Yoko Ono terbentur dengan upaya deportasi pihak-pihak yang tak menginginkan dirinya berada di Amerika. Salah satu orang yang “menolaknya” adalah Richard Nixon, presiden AS kala itu. Alasan mendasar Nixon tak menginginkan Lennon tinggal di Amerika tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh sikap radikal Lennon dan teman-teman aktivis perdamaiannya berikut berbagai organisasi yang kerap menentang beberapa kebijakan pemerintah Amerika Serikatsemisal Pink Panther.

Richard Nixon memasukkan John Winston Lennon ke dalam blacklist negaranya. Di lain sisi, hal ini juga disebabkan terlalu vocalnya Lennon dalam mengkampanyekan gerakan damai-antiperang di Amerika Serikat. Akan tetapi, Lennon tak gentar berhadapan dengan siapa punIa terus melanjutkan perjuangan dan melakukan hal yang diyakininya bahwa, “kehidupan lebih menyenangkan bila berdampingan secara damai.”

Pemerintah dan departemen dalam negeri seakan mencari cara untuk mendeportasi John Lennon dan Yoko Ono dari Amerika Serikat. Namun, Lennon tetap yakin bahwa, ia tak sendirian melainkan banyak massa yang mendukungnya meski dirinya terancam bakal dideportasi Nixon. Hingga pada 9 agustus 1974, Richard Nixon turun dari jabatannya sebagai presiden dan digantikan oleh Gerald Ford. Pergantian kepala negara tersebut berdampak pada John Lennon dan Yoko Ono dalam memperolehGreen Card. Beberapa tahun kemudian, mereka mengurus proses kepindahannya di Amerika, dan pada tahun 1976 Lennon dan Ono dinyatakan sah menjadi warga Amerika.

Lebih jauhsebagai bentuk simpatinya terhadap perdamaian dunia, melalui solokarirnya, Lennon melanjutkan aktivitas perdamainnya melalui banyak karya musik. Tahun 1969 di Toronto, dengan Plastic Ono Band, Ia berhasil merekam tiga single lagu yang mempunyai makna anti-perang antara lain; Give Peace a Chance, Cold Turkey, danInstant Karma.

Makna Ekplisit Imagine
Tanggal 8 Desember tak lain menjadi  hari  kenangan bagi para penggemar The Beatles. Itu adalah hari kematian John Lennon dalam insiden penembakannya di Dakota. Sebagai penghormatan atas kematian Lennon, pada tahun 2002 Liverpool mengubah nama bandaranya menjadi Liverpool John Lennon Airport dan menggunakansemboyan, Above us only sky” yang dipetik dari lagu Imagine karya Lennon.


            Album Imagine tahun 1971 menjadi tema lagu gerakan antiperang bagikalangan aktivis perdamaian dunia. Melalui lagu Imagine, John Lennon secara lantangmenyuarakan pada warga dunia untuk hidup dalam kedamaian-tanpa perang, tidak ada yang membunuh, tidak ada yang mati terbunuh, dan tidak ada kemiskinan. Selain itu, Lennon juga memimpikan seluruh umat manusia hidup secara damai lagi bahagia.

The Beatles yang populer di era 60-an seakan menjadi cermin bagi generasi sekarang. Sampai saat ini, banyak album The Beatles yang ajeg diburu oleh para penikmat musik dunia

Imagine
By John Lennon

Imagine there’s no heaven, it easy if you try,
No hell below us, above us only sky,
Imagine all the people, living for today…

Imagine there’s no country, it isn’t hard to do,
Nothing to kill or die for, and no religion too,
Imagine all the people, living life in peace…

You … you may say I’m a dreamer, but I’m not the only one,
I hope someday you’ll join us, and the world will live as one…

Imagine no possesion, I wonder if you can,
No need for greed or hunger, a brotherhood of man,
Imagine all the people, sharing all the world…


***

Referensi;

Pustaka:
  • Hai-Klip, “The Beatles”, Edisi ke-6, Tahun 2003.
  • Triono, Hendi. 2010. Imagine John Lennon. Yogyakarta: Titinada.
Film:
  • The U.S. vs. John Lennon by David Leaf and John Scheinfeld.
  • Nowhere Boy by Sam Taylor-Wood.

Max Weber: Biografi Singkat, Karya Utama & Pengantar Pemikiran


MAX WEBER: BIOGRAFI SINGKAT, KARYA UTAMA & PENGANTAR PEMIKIRAN
Oleh: Koko Wijayanto
Universitas Gadjah Mada
Editor: Wahyu Budi Nugroho, S.Sos


Ketika saya belajar di sebuah Universitas di Jerman ada mata kuliah Karl Marx I dan II, Max Weber I dan II, dan lain-lain . . . Oleh karena itu, untuk mempelajari pikiran salah satu tokoh besar dalam perkembangan sosiologi, seperti Max Weber, dibutuhkan waktu yang longgar dan nafas yang panjang bagi para peminatnya.”[1]
- Prof. Dr. Heru Nugroho -

Biografi Singkat
Max Weber Lahir di Erfurt, Jerman pada 21 April 1864, dan meninggal di Munich Jermanpada 14 Juni 1920. Ayahnya adalah seorang birokrat yang menempati posisi setrategis dalam pemerintahan, sedang ibunya adalah seorang penganut calvinisme yang taat. Kedua pribadi orang tuanya tersebut secara tak langsungditengaraimemberi pengaruh yang besar dalam kehidupan Weber berikut karya-karya intelektualnya.

Pada usia 18 tahun, Weber meninggalkan rumah untuk sementara waktu dan melanjutkan studinya di Universitas Heidelberg. Di sanasecara sosial ia berkembang layaknya karir sang ayah dalam organisasi. Dengan cara seperti ini, ia telah mengikuti jejak ayahnya dalam bidang hukum. Setelah 3 Tahun belajar, Weber meninggalkan universitas tersebut, dan pada tahun 1884, ia kembali ke rumah orang tuanya untuk melanjutkan studi di Universitas Berlin.

            Weber mendapatkan gelar doktor dari Universitas Berlin, menjadi ahli hukum dan salah satu dosen di universitas tersebut. Selain itu, ia juga mendalami bidang ekonomi, sejarah dan sosiologi. Pada tahun 1896, ketekunannya dalam bekerja menghantarkan dirinya pada posisi profesor ekonomi Universitas Heidelberg. Mengikuti jejak ibunya, Weber menjadi seorang yangasketis dan rajin (baca: pekerja keras).


Weber juga menjadi salah satu pendiri German Sociological Society (1910). Rumahnya menjadi salah satu tempat diskusi bagi para intelektual seperti George Simmel, Robert Michels dan George Lucas. Selain itu, Weber juga aktif secara politik dan menulis banyak esai tentang sejumlah isu pada masanya. Adapun beberapa tema yang menjadi kajian utama Weber dalam karya-karyanya antara lain; tindakan sosial, konsep mengenai wewenang (otoritas)birokrasi, protestanisme (calvinisme) serta kapitalisme.

Karya-karya Utama:
Methodological Essays (1902)
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1902-4)
Economi and Society (1910-14)
Sociology of Religion (1916)

Pengantar Pemikiran
Mengenal Max Weber bagi mereka yang menyelami ranah keilmuan sosial-humanioramerupakan suatu keharusan. Sebagaimana kita ketahui, fungsionalisme Weber telah memberikanpandangan yang begitu berbeda terhadap nomena dan fenomena sosial. Kehidupan sosial masyarakat modern sebagaimana dipaparkan Weber memiliki karakteristik struktur” di dalamnya. Baginya, dunia sebagaimana adanya kita saksikan melalui karakteristik struktur sosial: perubahan terjadi karena dinamika dari sistem dan teori-teori mengenai sistem ini menjelaskan bagaimana sistem ini bekerja, dan bagaimana perubahan itu terjadi.[2] Bagi penganut fungsionalisme, keadaan mental manusia sangatlah menentukan lingkungan di sekitarnya. Dengan kata lain, dunia sebagaimana yang kita saksikan sekarang adalah perwujudan dari social action tindakan sosial. Semua hal yang dilakukan oleh manusia didasari pada keinginan yang dikehendakinya.

Terkait pemahaman Weber akan tindakan sosial, ia lebih cenderung menjadikan individu sebagai fokus kajiannya. Weber sempat berkata“Saya menjadi sosiolog yang akan mengakhiri konsep-konsep kolektivistik. Dengan kata lain, sosiologi pun hanya dapat dipraktekkan denganmemulai dari satu atau beberapa tindakan dari sedikit atau banyak individu, ini berarti dengan menggunakan metode ‘Individualis’ secara ketat.” (Roth, 1976:306).

Sedikit mengutip tentang objektivasi individu dan masyarakat melalui dialektika Peter L. Berger sebagai berikut,[3]

Sebelum individu ada, masyarakat telah ada,
Ketika Individu ada, masyarakat ada,
Apabila individu tiada, masyarakat tidak serta-merta tiada,
Jadi, antara individu dengan masyarakat dapat dipisahkan,
dan begitu pula sebaliknya.

Melalui sekilas cuplikan dialektika Peter L. Berger di atas, tampak jelas bahwa hubungan antara seseorang (individu) dapat dipisahkan dengan masyarakat (sosial), begitu pula fokus kajian Weber yang  berupaya menyelami suatu tindakan individu melalui social action tindakan sosial.

            Weber mengakui bahwa signifikansi konsep kolektivis, sekedar pola-pola atau regularitas tindakan individu: “Bagi penafsiran subjektif atas tindakan dalam karya sosiologi, kolektivitas-kolektivitas ini harus diperlakukan semata-mata sebagai resultan dan mode organisasi dari tindakan individu tertentu, karena semua itu dapat diperlakukan sebagai agen dalam tindakan yang dapat dipahami secara subjektif.” (1921/1968:13). Lars Udehn (1981) menjelaskan masalah penafsiran karya Weber dengan memisahkan antara metodologi Weber dengan perhatian dan pengakuan subtantifnya tentang adanya konflik atau ketegangan antara keduanya. Menurut Udehn, Weber menggunakan “metodologi individualis dan subjektif” (1981:131).

            Dengan mengetahui latar belakang Weber dalam mengkaji masyarakat, kini kita akanmemahami definisi sosiologi yang dikemukakannya“Sosiologi . . . adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya pada pemahaman interpretatif atas tindakan sosial dan pada penjelasan kausal atas proses dan konsekuensi tindakan tersebut. (1921/1968:4). Dapat disimpulkan bahwa, dalam definisi ini Weber menganggap,[4]

            PertamaSosiologi haruslah berupa sebuah ilmu.
KeduaSosiologi harus memusatkan perhatian pada kausalitas (hubungan sebab akibat), dan
KetigaSosiologi harus menggunakan pemahaman interpretif (vertehen).

Setelah mengetahui peta dari objek kajian Weber, kini kita beralih pada apa yang dimaksudkan Weber mengenai tindakan sosial (social action).

 Tindakan Sosial (Social Action) dan Rasionalitas
            Dalam pandangan Weber mengenai individu, sesungguhnya Ia tak menempatkan diri dalam posisi yang sedemikian ekstrem, melainkan cenderung menempatkannya dalam kerangka “tindakan atau sekedar pada pola interaksi individu, oleh karena analisis sosial pada akhirnyaselalu berhubungan dengan tindakan individu. Satu hal penting dalam pemahaman Weber adalah arti subjektif, yakni berhubungan dengan kategori interaksi manusia, guna membedakan dengan pengertian struktur sosial. Upaya verstehen (pemahaman subjektif) adalah sebuah metode atau cara guna memperoleh pemahaman yang sah mengenai arti subjektif tindakan sosial.


Salah satu sumbangan penting dalam karya Weber adalah penjelasan bahwa kenyataan sosial lahir dengan tak terlepas dari pemahamannya mengenai motivasi individu dan tindakan sosial. Sebentuk metode yang dinamakannya vertehen berupaya mendapatkan pemahaman yang valid mengenai arti subyektif tindakan sosial. Dalam metode ini, yang dibutuhkan adalah empatiatau kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang yang melakukan tindakan (aktor/subyek).[5] Bagi Weber, dunia sebagaimana kita saksikan terwujud karena tindakan sosial. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukansesuatu tersebut guna mencapai apa yang dikehendakinya, barulah kemudian mereka memilih tindakan.[6] Secara tak sadar, masyarakat adalah hasil akhir dari interaksi manusia. Interaksi tersebut berasal dari tataran interaksi individu (micro).

Hasil dari kajian Weber mengenai tindakan sosial dapat dikatakan berupa data empiris. Tindakan Sosial menurut Weber terbagi menjadi dua. Pertama, reactive behavior yakni reaksi perilaku spontan yang memiliki subjective meaning atau dengan kata laintindakan yang dilakukansekedar spontanitas belaka berikut tak berkelanjutan. Tindakan semacam ini adalah tindakan yang tak bertujuan atau tak disadari sebelumnya oleh seseorang. Tindakan yang dilakukan seseorang hanya begitu saja (involuntary), semisal rasa sakit, batuk, bersin, mengejapkan mata, menguap dan lain sebagainya.  Kita tidak memilih untuk merasa takut, senang, sakit ataupun memilih reaksi tersebut. Hal ini tentu saja tidak bisa dinalar dengan latar belakang orang melakukan suatu tindakan. Konsep tindakan yang dimaksudkan adalah perilaku otomatis seseorang yang tidak melibatkan proses pemikiran dalam melakukan tindakan. Akan tetapi Weber tidak memfokuskan perhatiannya pada reactive behavior.

Poin selanjutnya yang menjadi fokus kajian Weber adalah social action, muncul dari stimulus atau respon atas suatu perilaku manusia yang menjalankan fungsinya sebagai anggota dalam masyarakat. Secara tak langsung, tindakan ini lebih bersifat subyektif pada tindakan yang dilakukan aktor dalam lingkungan masyarakat. Mereka reaktif dan dikondisikan, bukan produk pengambilan keputusan kreatif yang sukarela (voluntary).[7] Bagi Weber, tugas analisis sosiologi terdiri dari “penafsiran tindakan menurut makna subyektifnya” (1921/1968:8).[8] Beberapa contoh yang tampak terlihat jelas dalam masyarakat adalah tindakan ekonomis. Weber menyebutnyasebagaiOrientasi-orientasi sadar dan primer ke arah pertimbangan ekonomis . . . karena yang dipersoalkan bukanlah keharusan subjektif untuk melakukan pertimbangan ekonomis, namun keyakinan bahwa hal ini diperlukan” (1921/1968:64). Contoh sederhana tindakan ekonomis sehari-hari semisal tukang pos yang menghantarkan surat pada beberapa rumah sesuai denganalamat yang tertera.

Melalui kedua tipe metodologi yang dikenalkan Weber, fokus kajian tersebut kemudian berkembang ke dalam empat tipe tindakan dasar yang ia sebut dengantraditional action,affectual action, instrumental rational, dan value rational action. Perihal tersebut terkait eratdengan kajiannya mengenai dimensi rasionalitas. Menurut Weber, tindakan rasional merupakansuatu tindakan atau pertimbangan yang dilakukan secara sadar dan terpilih.[9] Beberapa tindakan rasional yang dimaksud adalah:

Pertama, traditional action tindakan tradisional, adalah tindakan yang diulang secara teratur, menjadi kebiasaan, tidak menjadi persoalan kebenaran dan keberadaannya. Tindakan semacam ini adalah tindakan warisan yang diturunkan dari generasi yang lalu atau berlaku secaraturun-temurun. Tindakan tradisional tidak menghasilkan suatu masalah besar bagi pelakunya. Sebuah gambaran dari tindakan orang Jawa, “Saya melakukan ini, karena Nenek saya mengajarkan demikian”. Hal ini bisa dimisalkan dengan kebiasaan orang Jawa yang selalumendahulukan mereka yang tua ketimbang yang mudapenghormatan. Selain itu, dalam tradisiberkomunikasi ala Jawa, seseorang yang lebih muda diharuskan menggunakan bahasa yang sopan sebagai simbol penghormatan dan penghargaan atas mereka yang lebih tua. 

Kedua, affectual action tindakan afeksi’, tindakan ini didasarkan pada sentiment atau emosi yang dimiliki seseorang. Tergambar dari beberapa tindakan seperti gembira, marah atautakut. Hal ini akan mempengaruhi tindakan atau respon orang dalam melakukan suatu tindakan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari dapat dimisalkan dengan orang yang tengah jatuh cinta akan merasa nyaman jika sang kekasih disampingnya. Tetapi, hal ini akan berubah berbeda bilamana sedang terjadi gejolak diantara mereka atau bertengkar dengan pasangannya.

Ketiga, instrumentally rational action, tindakan yang pada dasarnya dilakukan mengingat eksisnya kepentingan maupun tujuan tertentu. Dengan kata lain, tindakan yang dilakukan oleh seseorang didasarkan pada pertimbangan dan pilihan yang secara sadar dipilih untuk mencapai sebuah tujuan. “Jalan pintas dianggap pantas”, mungkin sudah cukup mencerminkan kebiasaan orang Indonesia dalam bertindak. Mereka beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan adalah tindakan efisien dan efektif  untuk mencapai tujuan. “Inilah cara terbaik untuk mencapainya, daninilah jalur paling aman untuk mencapainya. Begitu pula dengan kebiasaan orang-orang untuk mencapai tujuan dalam bekerja maupun aktivitas lainnya. 

Keempat, value rational action tindakan rasionalitas nilai’. Tindakan semacam ini terkait dengan komitmen yang dilakukan dengan penuh kesadaran berikut tak lepas dari nilai-nilai agama, hukum, juga berbagai bentuk niai lainnya. Misal, Pembelaan Marx terhadap kaum buruh yang ditindas oleh kaum pemilik modal (baca: kapitalis/borjuis). Secara tidak langsung, tindakanyang dilakukan Marx adalah demi mewujudkan nilai-nilai keadilan sosial. Contoh lain, hal yang biasa dilakukan orang muslim dalam menjalankan ibadahnya. Seorang muslim menganggap bahwa sholat adalah hal yang harus dilakukan, jika dengan sengaja meninggalkannya, maka akan memperoleh dosa.
Perhatikan tabel sebagai berikut,

Tipe - tipe Tindakan
Contoh
Traditional Action (Tindakan Tradisional)
“Saya melakukan ini, karena pendahulusaya selalu melakukannya.”
Affectual Action (Tindakan Afeksi)
“Yang saya tahu hanya melakukan hal ini.”
Instrumentally Rational Action (Tindakan Instrumental)
“Tindakan ini adalah cara paling efektif danefisien guna mencapai tujuan.
Value Rational Action (Tindakan RasionalitasNilai)
“Tindakan ini adalah tindakan yang paling tepat saya lakukan.”

Dari keempat bentuk tindakan di atas, pada dasarnya Weber mengetahui bahwa faktualtindakan terdiri dari percampuran atau kombinasi antara tindakan yang dilakukan oleh actor.Berpijak melalui hal ini, Weber telah mewariskan pemahamannya mengenai tindakan sosial. Ada penekanan khusus yang ia lakukan dalam menanggapi fenomena sosial, yakni lebih mengutamakan rational dari pada suatu tindakan yang dilakukan atas dasar tradisi atau perasaan belaka.

Di era kontemporer, muncul kesadaran bahwa rasionalisasi merupakan jantung substantifsosiologi-Weber (Brubaker, 1984; R. Collins, 1980; Eisen, 1978; Kalberg, 1980, 1990; Levine, 1981a; Ritzer, 2000a, 2002; Scaff 1989, Schlucter, 1981; Sica, 1988). Seperti yang baru-baru ini dikemukakan Kalberg, …adalah minat Weber yang begitu luas terhadap kekhasan, asal-mula, asal-usul dan perkembangan rasionalisme kebudayaan Barat yang menjadi jantung sosiologinya”(1994:18). Namun, sulit memperoleh definisi yang jelas tentang rasionalisasi dari karya Weber.[10]Namun demikian, begitu rumitnya memahami maksud Weber akan rasionalitas tetap tak menciutkan nyali para intelektual kontemporer guna mengkaji dan mengembangkannya.      



[1] Schroeder, Max Weber; Tentang Hegemoni Sistem Kepercayaan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2002, Pengantar Untuk Max Weber oleh Heru Nugroho. h. VI.
[2] Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, h. 113.
[3] Peter L. Berger, Langit Suci: Agama Sebagai realitas sosial, LP3ES, Jakarta, 1994, h.4.
[4] George Ritzer and Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, KREASI WACANA, Bantul, 2010, h. 136.
[5] Sunyoto Usman, Sosiologi Sejarah, Teori dan Metodologi, CIRED, Yogyakarta, 2004, h. 40-41.
[6] Pip Jones, op. cit., h. 114.
[7] Ibid, h. 25
[8] George Ritzer and Douglas J. Goodman, op. cit., h. 136.
[9] Drs. Purwanto, S.U., M.Phil, Sosiologi Untuk Pemula, Media Wacana, Yogyakarta, 2007, h. 134.
[10] Dapat saja dinyatakan bahwa tidak ada definisi tunggal tentang rasionalisasi karena berbagai bentuk rasionalitas berbeda satu sama lain dan bentuk tersebut tidak termasuk dalam definisi semacam itu. Saya ingin berterimakasih kepada Jere Cohen atas poin ini.