Mengenal "Kelas Menengah"
Seperti yang dapat diketahui bersama, istilah 'kelas menengah' baik
di Indonesia maupun di beberapa negara belahan bumi utara (Amerika-Eropa) memiliki
bermacam-macam karakteristik dalam ideologi maupun arah gerakan yang seragam
mengumandangkan revolusi. Hal ini tergambarkan dari beberapa organisasi maupun
perseorangan yang menginginkan adanya perbaikan atas kesalahan masa lampau. Sebut saja LSM, organisasi masyarakat hingga perkumpulan kaum intelektual adalah wujud dari kelas menengah.
Semua dengan pola sama, yakni perubahan kearah yang lebih baik.

![]() |
Karl Marx & Max Weber |
Mengenai kelas menengah, perdebatan dua pemikiran
besar dari Marx maupun Weber hingga dewasa ini masih menjadi rujukan hangat di
tengah masyarakat luas. Berpondasi pada pemikiran Marx mengenai hubungan yang
ada dalam produksi industrialis, secara tak langsung pemikirannya merujuk pada
pembeda kelas, yang saling bertentangan, yakni antara borjuis atau kaum pemilik
modal dengan kaum buruh atau proletar. Perkembangan selanjutnya—setelah satu
abad Marx—kelas menengah membesar kuat dan terorganisir. Pada awal abad 20, para
pemikir di Eropa telah banyak memunculkan teoritisi yang disebut ‘Marxisme’
yang pembahasannya kaum ini condong pada studi kasus kelas menengah baru. Hingga
saat ini, kelas menengah dapat dibedakan mengenai klasifikasi kelas pekerja. Selanjutnya
pemikiran yang juga berpengaruh luas adalah pemikiran Weber. Bagi Weber, kelas
menengah tidak harus diukur melalui cara kepemilikan faktor produksi. Weber
menggunakan pendekatan yang mencoba menggabungan serta membedakan antara pendapatan,
pendidikan, status sosial atau semua hal yang dapat dikuantifikasi. Gampangnya,
penentuan kelas menengah dapat dipisahkan sesuai perbedaan pendapatan serta
jabatan dalam kerja. Kedua pemikiran ini telah mempengaruhi perdebatan tradisi akademis
global. Bagi yang belajar ilmu sosial dengan tradisi Positivisme, pemikiran
Weber cenderung digunakan guna membedah problem-problem sosial dalam kerja.
Sedangkan bagi yang belajar ilmu sosial dengan tradisi ekonomi politik yang
kuat, maka pemikiran Marx cenderung menjadi rujukan utama hingga pada
perjalanannya melahirkan karya yang mencoba mengembangkan karya Marx
(Marxisme).
