Kenangan di Saat Turun Hujan
Oleh: Koko Wijayanto
Universitas
Gadjah Mada
Melihat
fenomena alam kiranya selalu menarik untuk diceritakan. Kerap kali, dengan
melihat sebuah keajaiban buatan yang kuasa seseorang merasa tercenggang dan
merasa takjub dihipnotisnya. Menelisik efek spontan yang timbul dari fenomena
alam yang ada, sebenarnya tidak hanya demikian, hujan dapat membawa seseorang
pada masa lampau. Perlu disadari, hujan sebagai salah satu mesin waktu untuk
kembali ke masa lampau. Bukan membawa secara fisik, akan tetapi menmunculkan
kenangan yang ada dalam memori pikiran. Hujan datang dengan sejuta warna, rasa,
dan aroma yang khas yang tidak terasa telah membekas di memori manusia. Dari
sinilah banyak termakna hujan, yang mana hujan dapat membantu daya ingat pada
kenang-kenagan di masa lampau. Kendati demikian, hujan dapat menjadi alat previous guna membantu memunculkan
beberapa ingatan yang tersimpan di dalam otak.
Selain dapat membuka kenangan lama,
hujan juga membawa rasa trauma pada hal-hal yang pernah dialami seseorang. Diantaranya,
bencana banjir maupun tanah longsor yang diakibatkan hujan, yang pada akhirnya
merendam maupun menghancurkan harta benda yang dimiliki. Selain itu, hujan
badai disertai angin kencang dan guntur seakan mencekam bila dirasakan yang
perjalanannya membuat efek takut (trauma) yang ditimbulkannya. Perlu dimengerti, hujan adalah sebuah prepesitasi berwujud cairan. Dalam
konteks yang sama, hujan adalah proses kondensi uap air di atmosfer menjadi butir air yang jatuh ke daratan
atau bumi. Beberapa jenis hujan dapat di kategorikan diantaranya, hujan gerimis, hujan sedang, hujan deras, hujan
badai yang kerap kali disertai angin kencang dan guntur.
Dalam disipin ilmu psychology kiranya konsep ini dibahas
namun tidak begitu dikritisi maupun ditindak lanjuti kemudian, dikarenakan objek
kajiannya sedikit melenceng dengan konsep ilmiah psychology. Akan tetapi makna yang tersirat dari Kurt Lewin dalam
analisanya memandang kondisi mental, bahwa ilmu pengetahuan harus dipandang
layaknya problema alam dari pada dunia material. Hal ini dipertegasnya, “Sistematisasi fakta-fakta melalui “klasifikasi”
harus berangsur-angsur digantikan oleh suatu tatanan yang didasarkan kontruksi
derivasi dan aksiomatisasi hukum-hukum (Lewin, 1920).” Dengan demikian
dapat dimungkinkan dan dapat diperhitungkan kecenderungan-kecenderungan umum
disamping kecenderungan yang lebih spesifik. Kendati demikian, konsep “ruang”
sangatlah penting pada pengaruh yang muncul baik langsung maupun tidak langsung.[1]
Berdekatan dengan itu, fenomena alam sebenarnya juga dapat mempengaruhi
kebiasaan seseorang dalam melakukan aktifitasnya.
Pengaruh hujan dalam aktifitas
seseorang kerap kali dirasakan sebagai respon ketidak inginan merasakan hawa
dingin maupun basah karena hujan. Bersebrangan dengan itu, dampak yang muncul secara
tidak disadari adalah munculnya beberapa kenangan bersama hujan. Disisi lain, hal
ini kerap menjadi citra di beberapa film remaja. Secara tidak langsung, citra
yang dimunculkan dari hujan dalam sebuah film adalah suasana romantis. Memang jauh
lebih menarik jika dalam kisah percintaan terpancar unsur kondisi yang romantis
yang didukung oleh hujan. Lebih baik dari itu, kenangan yang terlewatkan bersama
seseorang saat hujan memberikan rasa rindu akan situasi yang romantis.
Tak jauh dari citra yang dimunculkan, hujan kerap kali mengigatkan masa kecil, dimana pada masa anak-anak suka bermain dengan air. Sebuah kenangan yang tidak terlepas diantaranya mendapatkan omelan dari orang tua karena terlalu lama bermain air. Walaupun demikian, citra yang muncul adalah rasa rindu akan masa kecil. Tidak menghiraukan rasa kedinginan maupun omelan dari orang tua, hal ini seakan menjadi kenangan manis di masa kecil yang kerap kali tidak disadari seseorang.
Lain halnya, Bagi seseorang yang pindah
baik dalam kerja maupun study, hujan
dapat meretas rasa rindu pada kampung halaman yang ditinggalkan. Pasalnya,
masa-masa di kampung halaman tidak mudah untuk dilupakan. Dapat ditarik kesimpulan,
bahwa hujan membantu meingatkan pada hal-hal yang jarang kita pikirkan. Sebuah keajaiban
memang yang dimunculkan oleh fenomena alam ini. Oleh karena itu, rasa syukur
kiranya patut memang dipanjatkan pada sang kuasa penciptanya.
“Ini cerita ku tentang hujan, bagaimana dengan mu?”
[1] Drs.
Mulyadi Guntur Waseso, Dimensi-dimensi
Psikologi Sosial, Yogyakarta: Hanindita, 1986, hlm. 20-46.
Jadi Melankolis...
BalasHapusmampir ya
Meningkatkan Traffic Blog Bagi Pemula Secara Drastis
saya juga punya cerita ttg hujan. waktu itu kala hujan lebat, kos2an putri rumah kita bocor parah, kita berdua bergantian mengambil ember dan membuangnya keluar.
BalasHapuscayo! ;)
jadi inget dulu waktu kecil.. ujan ujanan sambil maen bola bareng temen2 heheh
BalasHapusIkutan Event Untuk Blogger Berhadiah Blakberry Playbook Berakhir 23 Desember 2011
BalasHapushttps://indokartublog.webnode.com/langkah-menang-dalam-permainan-bandar-poker-online/